========================================
Model Pencapaian Konsep ini juga merupakan model yang efisien untuk menyajikan informasi yang terorganisasikan dalam berbagai bidang studi, salah satu keunggulan dari model pencapaian konsep ini adalah meningkatkan kemampuan untuk belajar dengan cara yang lebih mudah dan lebih efektif.
Eggen dan Kauchak (2012: 218) menyatakan model pencapaian konsep adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membantu siswa dari semua usia mengembangkan dan menguatkan pemahaman mereka tentang konsep dan mempraktikkan kemampuan berpikir kritis. Pada model pembelajaran ini, siswa tidak disediakan rumusan suatu kosep, tetapi mereka menemukan konsep tersebut berdasarkan contoh-contoh yang memiliki penekanan-penekanan terhadap ciri dari konsep itu. Pada pembelajaran peraihan konsep ini, guru menunjukkan contoh dan noncontoh dari suatu konsep yang dibayangkan. Sementara siswa membuat hipotesis tentang apa kemungkinan konsepnya, menganalisis hipotesis-hipotesis mereka dengan melihat contoh dan noncontoh, yang pada akhirnya sampai pada konsep yang dimaksud.
Ada dua hal penting dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran pencapaian konsep yaitu 1) menentukan tingkat pencapaian konsep, dan 2) analisis konsep.
1. Menentukan Tingkat Pencapaian Konsep
Tingkat pencapaian konsep (concept attainment) yang diharapkan dari siswa sangat tergantung pada kompleksitas dari konsep, dan tingkat perkembangan kognitif siswa. Ada siswa yang belajar konsep pada tingkat konkret rendah atau tingkat identitas, ada pula siswa yang mampu mencapai konsep pada tingkat klasifikatori atau tingkat formal.
2. Analisis Konsep
Analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk membantu guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran pencapaian konsep. Untuk melakukan analisis konsep guru hendaknya memperhatikan beberapa hal antara lain:
(1) nama konsep,
(2) attribute-attribute kriteria dan attribute-attribute variabel dari konsep,
(3) definisi konsep,
(4) contoh-contoh dan noncontoh dari konsep, dan
(5) hubungan konsep dengan konsep-konsep lain.
|
Model pembelajaran Pencapaian Konsep dengan Example non Example |
B. Sintaks atau Langkah-langkah Penerapan Model Pencapaian Konsep
1) Tahap-tahap pelaksanaan (Syntax)
Fase Kesatu: Penyajian Data dan Identifikasi Konsep
Pada tahap ini guru memberikan contoh-contoh dalam bentuk penerapan konsep. Hal ini dilakukan memunculkan masalah dan pemecahaannnya. Dalam kegiatan ini siswa harus dilibatkan secara aktif kalau memungkinkan dalam pemberian contoh, dari konsep yang diajarkan. Ini diperlukan agar para siswa dapat menjelaskan contoh dari konsep yang sedang mereka pelajari.
Setelah contoh masalah dan pemecahannya dirasa sudah cukup, para siswa disuruh kembali mengamati contoh-contoh itu untuk membandingkan, serta menentukan ciri-ciri dan diminta menentukan atau menurunkan definisi konsep.
Contoh Langkah-langkah kegiatan guru, antara lain
1. Guru mempresentasikan contoh-contoh yang sudah diberi nama (berlabel),
2. Guru meminta tafsiran siswa
3. Guru meminta siswa untuk mendefinisikan
Contoh Langkah-langkah kegiatan siswa, antara lain
1. Siswa membandingkan contoh-contoh positif dan contoh-contoh negatif,
2. Siswa mengajukan hasil tafsirannya,
3. Siswa membangkitkan dan menguji hipothesis,
4. Siswa menyatakan suatu definisi menurut atribut essensinya
Fase Kedua: Pengujian Pencapaian konsep
Pada tahap ini siswa disuruh mencari contoh yang berupa masalah lain yang bisa diselesaikan dengan konsep, berdasarkan yang sudah diidentifikasi. Contoh-contoh yang dikemukakan oleh para siswa selanjutnya diinformasikan dengan definisi yang telah diidentifikasi pada tahap satu.
Apabila pada tahap ini siswa belum mampu memberikan contoh yang tepat, maka guru perlu mengarahkan siswa untuk dapat mencari atau menentukan contoh yang tepat. Pedornan utama bagi siswa dalam mengidentifikasi contoh ini ciri-ciri atau definisi yang sudah mereka rumuskan.
Contoh Langkah-langkah kegiatan guru, antara lain
1. Guru meminta siswa untuk mengidentifikasi contoh-contoh tambahan yang tidak bernama,
2. Guru menkonfirmasikan hipothesis, nama-nama konsep, dan menyatakan kembali definisi menurut atribut essensinya,
3. Guru meminta contoh-contoh lain
Contoh Langkah-langkah kegiatan siswa, antara lain 1. Siswa memberi contoh-contoh,
2. Siswa memberi nama konsep,
3. Siswa mencari contoh lainnya
Fase ketiga: Analisis Strategi Berfikir
Pada tahap ini guru memberikan masalah baru dan menyuruh siswa menyelesaikannya dengan menerapkan konsep. Disini guru mencoba melepas para siswa bekerja sendiri, untuk menerapkan pengetahuan tentang konsep.
Pada akhir ini siswa diwajibkan mengemukakan hasil yang dikerjakan. Disini guru bersama-sama siswa menganalisis strategi berfikir yang telah digunakan para siswa dalam menerapkan konsep untuk memecahkan masalah.
Contoh Langkah-langkah kegiatan guru, antara lain
1. Guru bertanya mengapa dan bagaimana
2. Guru membimbing diskusi
Contoh Langkah-langkah kegiatan siswa, antara lain
1. Siswa menguraikan pemikirannya,
2. Siswa mendiskusikan peran hipothesis dan atributnya,
3. Siswa mendiskusikan berbagai pemikirannya
C. Dampak Pembelajaran Pencapaian Konsep
Hakekat penggunaan suatu model pembelajaran adalah untuk menunjang pencapaian hasil pembelajaran secara optimal, baik hasil pembelajaran yang berupa tujuan utama pembelajaran maupun hasil pembelajaran yang berupa tujuan pengiring. Joice & Weils (2000) menamakan tujuan utama pebelajaran sebagai dampak instruksional (instructional effect) model dan tujuan pendamping sebagai dampak pengiring (nurturant effect) model.
Penggunaan model Pembelajaran Pencapaian Konsep juga diharapkan akan mengoptimalkan dampak instruksional dan dampak pengiring. Adapun dampak-dampak instruksional dan dampak-dampak pengiring Model PMKM adalah sebagai berikut.
a. Dampak Instruksional
1) Penguasaan Bahan Ajar
Ciri khas yang membedakan model pembelajaran untuk menumbuhkan kemampuan metakognitif dengan model pembelajaran yang sering dipergunakan oleh guru selama ini adalah adanya pengajaran dan pelatihan strategi kognitif (strategi belajar), baik dalam memahami materi maupun dalam pemecahan masalah. Penggunaan strategi-strategi belajar yang tepat dalam belajar dapat menjadikan proses belajar menjadi lebih bermakna, sehingga pencapaian hasil belajar (penguasaan bahan ajar) menjadi optimal.
2) Kemampuan Metakognitif dalam Memahami Materi
Kemampuan metakognitif memahami materi digolongkan sebagai dampak instruksional dalam model pembelajaran ini, karena siswa diarahkan secara langsung pada tujuan peningkatan kemampuan metakognitifnya selain penguasaan bahan ajar yang dituju. Kemampuan metakognitif memahami materi yang dimaksudkan dalam Model PMKM adalah kemampuan memilih, menggunakan, dan mengontrol strategi-strategi belajar dalam memahami materi, yang meliputi: strategi menggaris bawahi ide/rumus penting, strategi membuat catatan pinggir, strategi membuat rangkuman, dan strategi membuat peta konsep. Pada model pembelajaran konvensional, guru sering menuntut siswa untuk dapat menguasai materi dengan baik, tetapi tidak pernah mengajarkan dan melatihkan siswanya tentang strategi belajar dalam memahami materi dengan baik. Sebaliknya pada model pembelajaran ini siswa diajar dan dilatih untuk memilih, menggunakan, dan mengontrol strategi kognitif dalam memahami materi.
3) Kemampuan Metakognitif dalam Pemecahan Masalah
Kemampuan metakognitif pemecahan masalah digolongkan sebagai dampak instruksional dalam model pembelajaran ini, karena siswa diarahkan secara langsung pada tujuan peningkatan kemampuan metakognitif pemecahan masalah selain penguasaan bahan ajar matematika. Kemampuan metakognitif pemecahan masalah yang dimaksudkan dalam Model PMKM adalah kemampuan memilih, menggunakan, dan mengontrol strategi-strategi belajar dalam pemecahan masalah pelajaran, yang meliputi: penggunaan heuristik, prosedur berpikir maju, prosedur berpikir mundur, prosedur berpikir induktif, dan prosedur berpikir deduktif. Pada model pembelajaran konvensional, guru sering menuntut siswa untuk dapat memecahkan masalah dengan baik, tetapi tidak pernah mengajarkan dan melatihkan siswanya tentang strategi pemecahan masalah yang baik. Sebaliknya pada model pembelajaran ini siswa diajar dan dilatih untuk memilih, menggunakan, dan mengontrol strategi kognitif dalam memecahkan masalah.
b. Dampak Pengiring
1) Kemandirian dalam Belajar
Dengan berbekal pengetahuan deklaratif, pengetahuan proseduran, dan pengetahuan kondisional, serta keterampilan meggunakan dan mengontrol berbagai strategi kognitif, siswa dapat menjadi lebih mandiri dalam belajar. Melalui latihan yang kontinu siswa dapat memilih sendiri strategi kognitif yang sesuai dengan gaya dan tipe belajar dia, serta sesuai dengan karakteristik materi yang dipelajari dan karakteristik masalah yang akan dipecahkan.
2) Keaktifan Belajar
Sebagian fase-fase dari sintaks memberikan lebih banyak ruang dan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Pada fase-fase tersebut, keterlibatan siswa sanga dominan dalam menerapkan secara langsung berbagai strategi kognitif, baik dalam memahami materi maupun dalam pemecahan masalah.
3) Sikap Positif
Dampak lanjutan dari keampuan siswa memilih, menggunakan, dan mengontrol penggunaan berbagai strategi kognitif serta keterlibatan siswa yang sangat dominan dalam proses belajar adalah terciptanya suasana belajar yang menyenangkan. Siswa tidak lagi diselimuti oleh anggapan-anggapan bahwa mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran ini juga dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap mata pelajaran.
D. Modifikasi Penerapan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep Melalui Pembelajaran Saintifik.
Apakah model pembelajaran pencapaian konsep dapat diterapkan dalam Pembelajaran Saintifik? Berikut modifikasi penulis tentang langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep Melalui Pembelajaran Saintifik.
Fase Kesatu: Penyajian Data dan Identifikasi Konsep
· Mengamati (observing).
Mengamati berkaitan dengan aktivitas panca indera manusia yang dianugerahkan oleh Tuhan untuk mengamati obyek belajar secara bermakna (meaningfull learning). Karena itu, untuk memudahkan pembelajaran, di awal kegiatan pembelajaran dipandang penting untuk mendemonstrasikan obyek belajar yang menarik dan bermanfaat, tentu dipilih obyek belajar yang relevan dengan tema belajar. Obyek itu tidak harus mewah atau mahal, sederhana asalkan mudah digunakan dan menarik.
Dalam pembelajaran berbasis pencapaian konsep guru dapat menyediakan gambar atau obyek pengamatan lainnya yang berhubungan dengan konsep-konsep yang harus dipahami oleh siswa sesuai KI dan KD yang sedang diajarkan. Gambar atau obyek dimaksud dapat diberi keterangan tambahan tergantung penafsiran guru terhadap kemampuan peserta didik. Jika suatu gambar atau obyek diperkirakan akan menimbulkan kesulitan untuk ditafsirkan oleh siswa mungkin bisa diberikan penjelasan singkat pada gambar atau obyek tersebut.
Pada tahapan ini penerapan pembelajaran pencapaian konsep dilakukan dengan mengamati gambar atau obyek pengamatan. Contoh penerapan pembelajaran berbasis pencapaian konsep dalam PPKn adalah tentang norma. Guru dapat menyediakan gambar-gambar sebagai contoh penerapan norma, baik gambar yang sesuai dengan kaidah norma atau gambar yang tidak sesuai dengan kaidah norma. Siswa secara perorangan atau kelompok dibimbing untuk mengamati gambar atau obyek pengamatan tersebut.
· Menanya (Questioning).
Kemampuan bertanya salah satunya bertujuan untuk membangkitkan rasa ingin tahu, melatih peserta didik berargumentasi sesuai dengan kapasitasnya, belajar menerima perbedaan pendapat, merangsang peserta didik untuk berpikir ulang, dan sekaligus belajar bagaimana sopan santun dalam bertanya atau merespon pertanyaan dengan baik.
Dalam pembelajaran berbasis konsep, guru meminta siswa bertanya atau membuat pertanyaan terkait dengan gambar tersebut. Pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan siswa sekalipun mungkin masih bersifat umum diberi tanggapan baik oleh siswa yang lain maupun oleh guru sebagai penguatan atas jawaban siswa.
Fase Kedua: Pengujian Pencapaian konsep
· Mencoba (Experimenting) dan Menalar (associating)
Mencoba merupakan kegiatan pembelajaran yang memmberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan, mencoba, atau mengalami. Perbuatan mencoba itu dapat diwujudkan dalam bentuk kegiatan eksperimen ataupun pengalaman nyata. Sedangkan menalar merupakan kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa yang kemudian mamasukkannya menjadi penggalan memori (Kemendikbud, 2013: 215). Pengalaman-pengalaman yang tersimpan di memori otak itu berelasi atau berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses inilah yang dikenal sebagai asosiasi atau menalar.
|
Siswa Belajar dalam Kelompok Kecil Di Perpustakaan |
Dalam penerapan pembelajaran berbasis konsep langkah ini dapat dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok kecil, kemudian setiap kelompok mendapat tugas studi perpustakaan untuk mencari definsi atau pengertian dari konsep-konsep dimaksud. Setelah kegiatan ini selesai kemudian siswa dilatih mencoba menghubungkan konsep-konsep tersebut dalam kehidupan nyata. Setiap kelompok siswa diminta membuat gambar atau cerita yang berhubungan dengan konsep-konsep dimaksud.
|
Siswa Berlatih menghubungkan Konsep dengan Kehidupan Nyata |
Dalam eksperimen saya, pada tataran kemampuan siswa yang dianggap belum mampu membuat gambar atau cerita yang berhubungan dengan konsep-konsep, langkah melatih menghubungkan konsep dalam kehidupan nyata juga dapat dilakukan melalui permainan gambar. Dalam tahap ini guru harus mempersiapkan gambar terkait konsep kemudian siswa memilih atau memasang gambar, serta menuntut siswa memberikan alasan atas pilihan tersebut.
· Mengkomunikasikan (Communicating)
Dalam bentuk sederhana, mengkomunikasikan berarti mempresentasikan atau menunjukkan hasil pekerjaannya kepada publik, secara lisan atau tulisan, atau bentuk karya lain sehingga mendapat respon yang lebih luas. Dalam ruang terbatas, peserta didik cukup menyajikan kesimpulan hasil pekerjaannya di hadapan teman-temannya di dalam kelas.
Dalam penerapan pembelajaran berbasis konsep langkah ini dapat dilakukan dengan meminta siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok yang sudah dilakukan pada tahap mencoba (Experimenting) dan menalar (associating). Presentasi bisa dalam bentuk diskusi, kunjungan tamu, pameran hasil dan lainnya tergantung langkah-langkah yang dipersiapkan guru.
Fase ketiga: Analisis Strategi Berfikir
Penerapan model pembelajaran pencapaian konsep dalam tahap ini dapat dilakukan dengan memberikan tindak lanjut berupa penugasan individu atau kelompok dengan memberikan masalah baru dan menyuruh siswa menyelesaikannya dengan menerapkan konsep.
Referensi:
Eggen, Paul dan Kauchak donald P. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran: Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Diterjemahkan Oleh: Satrio Wahono. Jakarta: Indeks.
Joyce, Bruce; Weil, Marsha; & Showers, B. 1992. Models of Teaching. Fourth Edition. Boston: Allyn & Bacon.
Joyce, B. R., & Weil, M. (2000). Models of Teaching and Learning; Where Do They Come From and How Are They Used? In Models of Teaching (6th ed., pp. 13-28). Allyn and Bacon.
Suherman, E dan Saripuddin, U, Winataputra. (1991) Strategi Belajar Mengajar IPS Ekonomi, Modul 1-9 . Jakarta: Universitas terbuka, Depdikbud.
Tips Mudah mendapat Info tentang Pembelajaran
Bagi Anda yang ingin mendapatkan info terbaru tentang Model-Model Pembelajaran, Teori-teori Belajar, Media Pembelajaran dan lainnya. Silahkan Isi kotak pencarian di bawah ini dengan mengetik atau menginput kata kunci seperti model pembelajaran dan lainnya, kemudian pilih search
Terima kasih semoga bermanfaat.
===================================================
0 Response to "MODEL PEMBELAJARAN PENCAPAIAN KONSEP (MODEL PENCAPAIAN KONSEP)"
Post a Comment